Endro
Priherdityo, CNN Indonesia
Jakarta, CNN Indonesia -- Banyak orang mengira bahwa belum dikatakan
berolahraga jika tubuh belum berkeringat. Namun agaknya anggapan tersebut harus
mulai dihilangkan.
"Bukan. Keringat bukan indikator yang tepat tubuh
berolahraga," kata Sophia Hega, dokter dari Kedokteran Olahraga FKUI
ketika ditemui di Cikini, Jakarta Pusat.
Menurut Sophia, respons fisiologis metabolisme dari masing-masing orang
berbeda. Beberapa sangat mudah berkeringat, yang lainnya tidak. Tetapi yang
perlu diingat adalah keringat merupakan respons tubuh atas perubahan suhu yang
terjadi.
Sophia menganalogikan dengan dua anak yang melakukan kegiatan dengan
intensitas sedang. Keduanya memiliki suhu tubuh yang sama, kegiatan yang sama,
dan durasi yang sama, namun menghasilkan jumlah keringat berbeda.
Hal tersebut disebabkan respons tubuh terhadap perubahan suhu yang
memang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Sophia menegaskan keringat bukanlah sebuah indikator yang tepat sebagai
efek dari olahraga. Indikator yang objektif dan paling mudah dilakukan adalah
dengan pengecekan nadi atau cara talk test, uji bicara ketika melakukan sebuah
aktivitas.
"Jika orang berbicara dengan terengah-engah atau sudah tidak
sanggup menyelesaikan kalimatnya, bisa disebut orang tersebut sudah melakukan
kegiatan intensitas tinggi," kata Sophia.
Dalam hal ini, keringat sebagai tanda kehilangan lemak juga disangkal
oleh pakar olahraga medis ini. Apalagi jika disandingkan dengan keringat yang
mengucur saat makan makanan pedas.
http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20150424083038-255-48907/benarkah-keringatan-tanda-banyak-lemak-yang-terbakar/
Bynaturael Products:
Liquid Castile Soap with essential oil |
Liquid Castile Soap |
No comments:
Post a Comment