Jul 18, 2014

Penyebab Sudah Coba Macam-macam Sampo Tapi Rambut Tetap Saja Rontok


Radian Nyi Sukmasari – detikHealth

Jakarta, Rambut rontok bisa jadi salah satu masalah yang kerap dialami pria maupun wanita terkait kesehatan area kepala. Meski sudah mencoba beragam jenis sampo, terkadang rambut pun masih tetap rontok.

Menanggapi hal ini, dr Eddy Karta SpKK mengatakan pada dasarnya bahan utama sampo adalah deterjen sintetik yang berfungsi untuk membersihkan. Kemudian ditambahkan bahan-bahan aktif lain yang bersifat membantu menyuburkan rambut, anti ketombe, anti radang, dan sebagainya.

"Dari komponen bahan pembersih tersebut banyak orang yang sensitif dan mengalami iritasi terhadap sodium laureth sulfate yang terdapat di shampoo. Hal ini dapat menyebabkan reaksi radang yang jika berlanjut menjadi rontok," terang dr Eddy.

"Nah, kondisi ini lebih sering terjadi pada mereka yang memiliki kulit kepala sensitif," lanjut dr Eddy yang praktik di EDMo Clinic Jakarta Selatan ini saat berbincang dengan detikHealth dan ditulis pada Kamis (17/7/2014).

Nah, untuk mencegah rambut rontok, berketombe, atau masalah pada rambut lainnya, dr Eddt mengatakan hal yang harus diperhatikan saat memilih sampo adalah fungsi sampo, kondisi rambut dan kulit kepala serta aktivitas.

Jika aktivitas sehari-hari membuat Anda sering terpapar sinar matahari, debu dan polusi ditambah kondisi rambut yang mudah lepek gunakan sampo dengan kandungan minyak. Jika rambut tidak sering terkena debu dan polusi serta relatif bersih gunakan sampo lembut yang bisa digunakan dengan sering.

"Secara normal, rambut yang rontok akan membawa sebagian porsi akar yang sudah mengecil. Setelah melewati fase istirahat yang berlangsung sekitar 3 bulan, maka rambut akan memulai fase pertumbuhannya yang baru," lanjut dr Eddy.

Guna menjaga kesehatan kulit kepala dan rambut, dr Eddy mengatakan selain harus dijaga kebersihannya juga sedapat mungkin menghindari kimia dan panas misalnya pengering rambut.

Source: http://health.detik.com/read/2014/07/17/070517/2639579/763/penyebab-sudah-coba-macam-macam-sampo-tapi-rambut-tetap-saja-rontok?991104topnews

Bynaturael Products:
Natural Hair Care
Liquid Castile Soap
This document is provided for reference purposes only and not necessarily reflect the opinion of bynaturael’s team . Train your mind to test every thought and keep on searching the final truth that satisfies the conscience inside you. Please visit our blog: bynaturael.blogspot.com

Tempeh vs Meat


by Louise Tremblay, Demand Media

Under the U.S. Department of Agriculture dietary guidelines tempeh and meat both count as protein foods, of which you should consume 5 to 6.5 ounce equivalents daily. While meats provide a rich source of protein, they don't work for all diets; tempeh -- derived from soybeans -- fits into almost any type of diet. Tempeh can serve as an alternative protein source in vegetarian or vegan diets, but its micronutrient content differs from that of many meats.

Protein
Both tempeh and meat serve as rich sources of complete protein, containing every essential amino acid. However, tempeh generally contains slightly less protein per serving than meat. For example, a 4-ounce serving of tempeh contains approximately 21 grams of protein, while equivalent servings of chicken or pork loin contain 35 or 29 grams of protein, respectively. Beef contains approximately the same amount of protein per serving as tempeh, with a 3-ounce serving of steak also providing 21 grams of protein.

Vitamin B-12
Tempeh and meat differ in their vitamin B-12, or cobalamin, content. Cobalamin contributes to red blood cell function by helping your body produce hemoglobin, the protein responsible for red blood cell function. Meat generally serves as a good source of vitamin B-12 -- beef, chicken, turkey, salmon, clams, mussels and crab all contain varying amounts of the nutrient. However, since vitamin B-12 is only synthesized by animals, plant-based tempeh contains little to no vitamin B-12. If you rely on meat alternatives, like tempeh, in place of meat, eggs or dairy, talk to your doctor about the potential need for vitamin B-12 supplements.

Manganese
Tempeh offers a nutritional advantage over meat due its its manganese content. Manganese contributes to healthy bones, supports brain function and promotes healing after injury. Just 4 ounces of tempeh contain 1.47 milligrams of manganese, about 82 and 64 percent of the daily recommended intake for women and men, respectively, according to the Linus Pauling Institute. In contrast, a 4-ounce serving of chicken breast and a 3-ounce serving of strip steak contain less than 0.02 milligrams each.

Cooking Ideas and Tips
Tempeh can take the place of meat in many recipes -- simply allow chopped tempeh to cook with the rest of your ingredients so it can blend into the flavor of your meal. Alternatively, try marinating strips of tempeh overnight, then grill the tempeh for use in wraps and sandwiches. Low-sodium broth with miso makes for a flavorful marinade. Practice food safety when cooking with meat. Avoid using cutting boards or knives that came into contact with raw meat to prepare other ingredients in your meal, and always thoroughly wash your hands after handling raw meat. Always cook your meat to an appropriate internal temperature to prevent food-borne illness.

Source: http://healthyeating.sfgate.com/tempeh-vs-meat-4276.html

Bynaturael Products:

Natural Hair Care
Liquid Castile Soap
This document is provided for reference purposes only and not necessarily reflect the opinion of bynaturael’s team . Train your mind to test every thought and keep on searching the final truth that satisfies the conscience inside you. Please visit our blog: bynaturael.blogspot.com

Jul 17, 2014

5 Alasan lemak di perut sulit hilang!


Reporter : Kun Sila Ananda | Kamis, 3 Juli 2014 12:45

Merdeka.com - Semua orang yang pernah melakukan diet dan berusaha menurunkan berat badan tentu tahu bahwa lemak di bagian perut adalah yang paling sulit dihilangkan. Terkadang meski sudah berusaha keras, namun perut masih tetap buncit dan seolah lemak di dalamnya tak berkurang sama sekali.

Namun jangan putus asa dulu. Ada banyak alasan mengapa perut tetap buncit dan masih berlemak meski Anda sudah berdiet mati-matian. Berikut adalah beberapa penyebab mengapa lemak pada perut sulit hilang, seperti dilansir oleh Health Me Up (03/07).

1. Usia
Seiring bertambahnya usia, tubuh pun berubah dan tingkat hormon pertumbuhan (HGH) mulai menurun. HGH merupakan hormon yang penting untuk pembentukan otot dan metabolisme lemak. Ketika hormon ini semakin menurun, maka tubuh akan semakin sulit untuk membongkar lemak, terutama yang menumpuk pada perut. Karena itu menurunkan berat badan dan melunturkan lemak di perut bisa jadi akan semakin sulit jika Anda semakin tua.

2. Olahraga yang salah
Banyak orang melakukan olahraga kardio ketika berusaha menurunkan lemak. Namun sebenarnya olahraga kardio seperti berlari di treadmill tak cukup berpengaruh terhadap lingkar pinggang dan lemak di perut. Untuk menghilangkan lemak di perut, variasikan olahraga dengan melakukan kardio dan angkat beban.

3. Kurang tidur
Anda mungkin tak berpikir bahwa tidur berkaitan dengan lemak di perut. Namun faktanya, tidur memang mempengaruhi fungsi tubuh dan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Kurang tidur akan mempengaruhi metabolisme tubuh Anda dan menyebabkan pembakaran lemak menurun. Di samping itu, metabolisme yang menurun juga membuat Anda lebih suka ngemil yang malah akan membuat lemak menumpuk pada tubuh. Jadi, pastikan Anda memenuhi kebutuhan tidur Anda setiap hari dan jangan lupa berolahraga.

4. Stres
Stres juga bisa menjadi salah satu alasan mengapa Anda suit menghilangkan lemak pada perut. Stres akan memicu tubuh untuk memproduksi kortisol, yaitu hormon stres. Hormon ini akan menurunkan otot dan membuat tubuh menumpuk lemak pada bagian perut. Selain itu, hormon stres juga memperbesar sel lemak yang membuat tubuh semakin banyak menyimpan lemak. Karena itu lebih baik jaga kesehatan mental dan hindari stres jika ingin segera langsing.

5. Makanan yang salah
Tubuh Anda bereaksi secara berbeda terhadap makanan. Salah satu penyebab yang membuat lemak pada perut susah hilang adalah pola makan yang salah. Mengonsumsi terlalu banyak makanan olahan akan membuat Anda sulit menurunkan berat badan dan menghilangkan lemak di perut. Begitu juga dengan mengonsumsi terlalu banyak lemak. Jika ingin cepat menurunkan berat badan sebaiknya konsumsi lemak yang sehat dan hindari makanan olahan.

Itulah beberapa hal yang menyebabkan banyak lemak menumpuk pada perut dan sulitnya menghilangkan lemak tersebut. Hindari melakukan hal-hal di atas untuk membantu Anda membuat perut cepat langsing. Jangan lupa juga untuk selalu menerapkan gaya hidup dan pola makan yang sehat.

Source: http://www.merdeka.com/sehat/5-alasan-lemak-di-perut-sulit-hilang.html

Bynaturael Products:

Natural Hair Care
Liquid Castile Soap
This document is provided for reference purposes only and not necessarily reflect the opinion of bynaturael’s team . Train your mind to test every thought and keep on searching the final truth that satisfies the conscience inside you. Please visit our blog: bynaturael.blogspot.com

Jul 16, 2014

Tujuh Kombinasi Berbahaya antara Makanan dan Obat


Oleh Cindy Kuzma | Men's Health | Yahoo SHE


Mencampur-campurkan bahan makanan memang terkadang menghasilkan rasa yang lezat. Namun ketika berhubungan dengan obat-obatan, kombinasi yang salah bisa menyebabkan bahaya.

Berikut ini adalah tujuh kombinasi berbahaya yang harus dihindari.

1. Jeruk nipis dengan obat batuk yang mengandung dextromethorphan.
Jeruk nipis, jeruk bali dan jeruk Seville menghambat sebuah enzim yang berfungsi memecah obat batuk yang mengandung dextromethorphan. Karena obatnya menumpuk di aliran darah Anda, risiko untuk mengalami efek samping akan meningkat, kata Mary Ellen Gullickson, Pharm.D., seorang apoteker di Marshfield Clinic di Wisconsin. Efek samping dextromethorphan mencakup halusinasi dan kantuk. Efek dari buah-buahan ini bisa bertahan sampai satu hari atau lebih, jadi sebaiknya jangan minum dextromethorpan jika di hari itu Anda mengonsumi jus jeruk nipis.

2. Produk susu murni dengan antibiotik.
Beberapa antibiotik terikat dengan kalsium, zat besi dan mineral lain yang terkandung dalam makanan yang berbahan dasar susu. “Makanan ini menghalangi penyerapan antibiotik, dan akhirnya mengurangi kemampuan mereka untuk melawan infeksi,” kata Gullickson. Ketika Anda mendapat resep baru untuk obat jerawat atau infeksi, tanyakan apakah obatnya masuk kategori tetracyclines atau flouroquinolones. Jika jawabannya ya, hindari susu, yogurt dan keju dua jam sebelum dan sesudah mengonsumsi pilnya. Selain itu konsultasikan dengan apoteker mengenai waktu yang tepat jika Anda mengonsumsi multivitamin yang mengandung mineral - itu bisa menghasilkan efek yang sama, kata Gullickson.

3. Daging asap dengan antidepresan.
Periksa label pada obat-obatan ini. Jika mereka termasuk monoamine oxidase inhibitors atau MAOI - seperti obat merek Marplan, Nardil, Emsam, atau Parnate - mengombinasikannya dengan makanan yang kaya asam amino tyramine bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah yang berakibat fatal, kata Gullickson. Sayangnya, daftar makanan yang harus dihindari mencakup tidak hanya sosis dan salmon asap, tetapi juga minuman anggur merah, hot dog, keju, kecap dan bir.

4. Cokelat dan Ritalin.
Selain kafein, cokelat juga mengandung stimulan yang disebut theobromine, kata Tom Wheeler, Pharm.D., B.C.P.S., direktur farmasi dan layanan paru-paru di Advocate Illinois Masonic Medical Center di Chicago. (Itulah alasannya cokelat berbahaya untuk anjing, karena tubuh anjing tidak bisa memecahkannya). Mengombinasikan semua stimulan ini pada manusia bisa mengakibatkan perilaku tidak beraturan dan kejang. Untuk kafein itu sendiri, risikonya bergantung pada individu masing-masing. Tindakan terbaik yang harus Anda lakukan: Perhatikan apakah Anda merasa lebih gugup, mudah tersinggung atau tegang ketika mengombinasikan mengonsumsi Ritalin dengan cokelat di waktu berdekatan. Jika begitu, tambah jeda waktu antara meminum pil dengan mengonsumsi makanan manis yang mengandung cokelatnya. Atau tenanglah: “Semakin pekat cokelatnya, semakin banyak kandungan kafein dan theobromine di dalamnya,” kata Wheeler.

5. Jus apel dengan obat alergi.
Jangan minum jus apel, jeruk dan anggur jika Anda mengonsumsi Allegra untuk mengobati alergi rinitis - setidaknya dalam waktu empat jam setelah menelan pil tersebut, kata Gullickson. Jus-jus itu mengandung peptida yang mengangkut obat dari usus ke aliran darah. Akibat dari kurangnya penyerapan membuat Allegra menjadi 70 persen kurang efektif menghentikan bersin yang Anda derita, kata Wheeler. Obat lain juga diangkut dengan bantuan beberapa peptida; jauhi jus itu saat mengonsumsi antibiotik Cipro atau Levaquin, obat tiroid Synthroid, atau obat alergi dan asma Singulair, kata Gullickson.

6. Kayu manis (cinnamon) dengan warfarin.
Orang yang mengonsumsi warfarin (obat untuk mencegah atau mengobati penggumpalan darah) sudah lama diperingatkan untuk menjaga konsistensi konsumsi vitamin K, kata Wolfe. Itu artinya Anda tidak boleh mengubah asupan makanan mingguan seperti sayuran hijau atau brokoli; karena vitamin K berperan penting dalam pembekuan darah, melakukannya akan memengaruhi kekentalan darah Anda. Tapi ada risiko lain: kayu manis banyak mengandung senyawa yang disebut coumarin, yang bisa mengencerkan darah dan berpotensi menyebabkan kerusakan hati, kata Eric Newman, M.D., dokter di Mercy Medical Center di Baltimore. Jika Anda mengonsumsi warfarin, ganti dengan kayu manis jenis Ceylon, sarannya.

7. Alkohol dan acetaminophen.
Tahan godaan untuk menelan obat pusing jika Anda baru saja menenggak minuman beralkohol. Karena, tubuh Anda menggunakan enzim yang sama untuk memecahkan kedua zat. Sebaiknya ambil jeda enam jam antara minum alkohol dan mengonsumsi obat apa pun yang mengandung acetaminophen, termasuk obat flu dan penahan nyeri yang dijual bebas, kata Gattas. Namun risiko yang lebih besar akan muncul ketika: “Jika Anda minum alkohol setiap hari, mungkin sebaiknya Anda tidak minum obat sama sekali,” kata Wheeler. Mengombinasikannya secara reguler bisa mengakibatkan penyakit ginjal dan hati.(mu/ml)

https://id.she.yahoo.com/tujuh-kombinasi-berbahaya-antara-makanan-dan-obat-043447801.html

Bynaturael Products:
Natural hair care
Liquid Castile Soap
This document is provided for reference purposes only and not necessarily reflect the opinion of bynaturael’s team . Train your mind to test every thought and keep on searching the final truth that satisfies the conscience inside you. Please visit our blog: bynaturael.blogspot.com

Diet outweighs exercise in fighting child obesity


A lower intake of calories is more important than physical exercise when heavy children try to lose weight. Parents also have to be strongly involved.

By: Isak Ladegaard

Norwegian scientist Silje Steinsbekk has recently completed a study on treatment of child obesity with a focus on the impact of changes in diet and increased physical activity. Children who participated in the study achieved a significant reduction in body fat and a lower Body mass Index when weighed after six months and after two years of treatment.

Calorie cuts help more than exercise
“The change in body fat cannot be explained by change in physical activity,” says Steinsbekk. "They actually got thinner because of a lower intake − they simply consumed fewer calories.”

This find is backed up by several other studies. According to Steinsbekk, studies of children and adults show that a change in diet is more effective than increasing physical activity, although the latter is an important part of the treatment. Physical activity is essential to our health and it appears to be especially important for maintaining a reduction in weight among adults.

Nevertheless, for reducing fat the most effective measure is to reduce intake of energy. This is probably because one has to be so extremely physically active to compensate for a large consumption of energy. If a 10-year-old eats 100-gramme bar of milk chocolate, for instance, he has to run for an hour and a half to ‘burn’ that chocolate off.

Easier to treat children
Steinsbekk says that it’s important to treat fat children because getting rid of excess body fat is often harder as an adult.

"Children can more easily change their habits than for adults," says the researcher, who works at the Department of Psychology in Norwegian University of Science and Tecnology. She asserts that parents have a unique opportunity to teach their children healthy living, which they will be able to take with them into adulthood. This is all the more important when a genetic disposition for overweight is involved. If it isn’t treated there’s a large chance that the child will also have obesity problems as an adult.

Change in lifestyle for the whole family
The children who took part in the study were aged seven to 12 and had all been referred for treatment at St Olav’s Hospital in Trondheim. Their parents also participated in the treatment and Steinsbekk says this is crucial:

“It’s not just the kid who has to change his or her lifestyle. It’s a matter of achieving a permanent change in lifestyle within the entire family.” 

The respondents were divided into child and parent groups which met on a regular basis. The goal of the treatment was to increase the families’ physical activities, reduce their inactivity and establish healthy dietary habits in keeping with the guidelines of the Norwegian Directorate of Health.

These guidelines include maintaining regular mealtimes, lots of fruit and vegetables, less sugar and fats, more dietary fibre, more fish, at least one hour of physical activity a day and less sitting idle. Physical activities can consist of walking instead of driving, using the stairs instead of the lift, more outdoor play, bicycling and other forms of exercise.

“This isn’t an issue of going on diets. It’s a matter of standard nutritional advice and the amounts of energy in and out. If a person’s weight is increasing, that person is eating more than he or she is using up,” says Steinsbekk.

However, she stresses that genetics and physiology play an important role in the development of overweight and obesity, but the only thing a person can do to reduce his or her weight is to change food intake and physical activity. “For the parents it was about altering their lifestyles. Plenty of people know the smart thing to do − the challenge is actually doing it,” says Steinsbekk.

Treatment
The families who participated in the study also had regular meeting with a dietician and a physical therapist. Together they set objectives for changing diet and activity, evaluated these goals and set new ones. These meetings were initially once a month and then every half year for the last 18 months of the two-year treatment.

During this period the children’s and parents’ groups held separate meetings – initially twice a month during the first six months and then once every three months. “For the children the focus was on achieving positive experiences with physical activity in addition to acquiring knowledge that enabled them to make smart dietary choices,” explains Steinsbekk.

On the basis of the children’s gender, age and BMI, the parents were randomly picked for two parent interventions: professionally guided parental groups and self-help groups. Steinsbekk was interested in seeing whether the therapists’ routine participation had an impact on the degree of reduced fat among the children. It didn’t.

The researchers could not find any difference between the two groups as regards the effect of treatment. This could indicate that self-help groups for parents are a cost-effective way of conducting treatment. But it could also mean that neither of the parent groups had much of an impact.

In confirmation of international research, Steinsbekk found that obese children had more psychological problems and their quality of life was under par. “A key objective of the treatement is, in addition to reducing obesity, the reduction of the psychosocial consequences of obesity. International studies show that treatment of child obesity leads to improved self-esteem, better quality of life and more normal eating behaviour,” Steinbekk concludes.

http://sciencenordic.com/diet-outweighs-exercise-fighting-child-obesity

Bynaturael Products:
Natural Hair Care
Liquid Castile Soap
This document is provided for reference purposes only and not necessarily reflect the opinion of bynaturael’s team . Train your mind to test every thought and keep on searching the final truth that satisfies the conscience inside you. Please visit our blog: bynaturael.blogspot.com

Jul 15, 2014

Ini alasan kenapa air beras bisa bikin kulit sebening kristal


Reporter : Tantri Setyorini 

Merdeka.com - Anda pasti sudah sering mendengar tentang produk kecantikan dengan bahan utama beras yang diklaim bisa menjadikan kulit wajah sebening kristal. Beras memang sudah lama menjadi rahasia kecantikan wanita Asia. Wanita-wanita oriental seperti Jepang dan China memanfaatkan air beras untuk membersihkan wajah mereka. Indonesia pun sudah tak asing lagi dengan produk kecantikan tradisional yang terbuat dari beras. Di Jawa misalnya, beras diolah menjadi bedak dan campuran lulur yang sudah terbukti bisa menjaga kulit awet muda dan berseri.

Sebenarnya apa yang membuat beras begitu berkhasiat untuk kecantikan? Tak hanya mengandung pitera (nutrisi yang muncul dalam proses fermentasi beras), menurut The Epoch Times beras mengandung vitamin B kompleks yang disebut inositol. Inositol ini akan membantu meningkatkan pertumbuhan sel, memperlambat proses penuaan dan merangsang peredaran darah. Seperti yang kita ketahui, jika peredaran darah lancar maka nutrisi dan oksigen akan terdistribusikan ke seluruh bagian sel. Dengan begitu kulit akan menjadi lebih kencang, bercahaya, dan pori-pori pun mengecil.

Untuk mendapatkan manfaat kecantikan dari beras, Anda bisa memanfaatkan air cucian beras (dari beras organik tanpa pewangi dan pemutih) atau air rebusan beras yang didapat saat memasak nasi. Tetapi beras yang memiliki kandungan nutrisi terbaik untuk memelihara kecantikan adalah beras yang sudah difermentasikan. Anda bisa memanfaatkan bedak beras yang dibuat dari beras mentah yang sudah direndam dalam air jernih selama berhari-hari hingga lumat. Atau Anda bisa membuat air beras fermentasi sendiri. Air beras yang difermentasi akan menjadi sedikit asam. Proses fermentasi juga akan menjadikan air beras kaya antioksidan, mineral, vitamin E, dan Pitera. Nutrisi ini dapat menyembuhkan luka, mengurangi keriput serta garis-garis halus, peradangan, dan memperbaiki tampilan kulit Anda.

Anda bisa membuat air beras fermentasi sendiri dengan cara merendam beras organik yang sudah dicuci bersih kemudian direndam selama semalam. Gunakan air rendamannya untuk toner. Bersihkan wajah dengan kapas yang sudah dibasahi dengan air beras. Sebelum itu lakukan tes alergi terlebih dahulu di bagian dalam pergelangan tangan atau belakang telinga. Jika tidak ada reaksi alergi yang muncul, Anda bisa melakukan perawatan ini sehari sekali untuk mendapatkan hasil maksimal. Selamat mencoba.

http://www.merdeka.com/gaya/ini-alasan-kenapa-air-beras-bisa-bikin-kulit-sebening-kristal.html

Bynaturael Products:
Natural Hair Care
Liquid Castile Soap
This document is provided for reference purposes only and not necessarily reflect the opinion of bynaturael’s team . Train your mind to test every thought and keep on searching the final truth that satisfies the conscience inside you. Please visit our blog: bynaturael.blogspot.com