Sodium lauryl sulphate (SLS) adalah surfaktan dan deterjen sintetis.
Surfaktan berarti menghasilkan gelembung. SLS disebut juga anionic surfactant,
dalam istilah yang sangat sederhana, mengurangi ketegangan permukaan terhadap
air agar bisa membasahi serat dan permukaan lalu membersihkan kotoran dan
minyak.
SLS banyak digunakan pada produk perawatan diri seperti sabun, sampo,
dan pasta gigi. SLS juga dipakai pada produk industri seperti sabun cuci mobil
dan pembersih lantai. Selain cairan
pencuci piring dan deterjen pakaian, SLS juga ada pada kondisioner rambut. SLS
jadi cara paling efektif mengangkat minyak dan kotoran dari rambut karena
langsung menjebak kotoran berminyak dan lalu menghilangkannya.
SLS ditambahkan ke sabun dan pasta gigi untuk mendapatkan efek pekat
dan kemampuannya menciptakan busa. SLS banyak digunakan karena harganya murah
dan sangat efektif membersihkan kotoran. Efek busa sabun sebenarnya tidak
meningkatkan kemampuan untuk membersihkan, tapi untuk alasan visual.
SLS Di Produk Bayi
Kabar baiknya, SLS jarang digunakan di produk bayi. Produk bayi
biasanya menggunakan deterjen yang lebih ringan, yang disebut sodium laureth
sulphate (SLES). Kedua nama ini sangat mirip sehingga kadang membingungkan.
Bahaya SLS
Paparan pada SLS dalam jumlah banyak bisa menyebabkan iritasi kulit dan
peradangan (dermatitis). Gejala yang timbul bisa berupa kering, kasar, dan
kemerahan di kulit. Tapi iritasi kulit akibat paparan SLS paling mungkin terjadi
setelah kontak dengan produk yang digunakan untuk tujuan industri. Produk ini
biasanya menggunakan SLS tingkat tinggi. Produk perawatan kulit memiliki
kandungan SLS yang jauh lebih rendah.
Ada juga beberapa rumor terkait bahaya SLS. Salah satunya mengklaim
kalau SLS bisa merusak mata dan memicu kebutaan. Ada juga dugaan SLS
menyebabkan kanker. Tapi semua rumor ini tidak berdasar.
SLS tidak menyebabkan kanker atau kerusakan mata. Tapi seperti
kebanyakan deterjen, SLS bisa menimbulkan iritasi kulit. Jumlah iritasi yang
disebabkan oleh SLS meningkat bila:
1.
Semakin lama tertinggal di kulit.
2.
Semakin tinggi konsentrasinya di produk.
3.
Semakin sering digunakan.
Meski kita tahu kalau tingkat SLS yang tinggi bisa menyebabkan iritasi
kulit, persentase kandungan SLS yang sebenarnya sering kali tidak terdaftar
pada label produk. Sehingga sulit untuk mengetahui berapa banyak SLS dalam
sebuah produk.
Kendati tak ada yang perlu dicemaskan tentang kanker atau masalah mata,
kulit bayi yang lembut bisa lebih sensitif terhadap sabun atau deterjen
dibanding kulit orang dewasa. SLS memang menyebabkan iritasi, tapi deterjen
biasanya tidak tertinggal di kulit untuk waktu lama sebelum dibilas. Ketika
digunakan dengan cara yang tepat, produk yang mengandung SLS tidak akan menyebabkan
iritasi kulit pada kebanyakan bayi dan anak kecil.
Melindungi Kulit Bayi Dari SLS
Kebanyakan produk bayi tidak mengandung SLS, jadi akan lebih mudah
untuk melindungi bayi Anda. Karena kecemasan konsumen terhadap kandungan SLS,
semakin banyak produk yang diklaim bebas kandungan SLS. Tapi kalau masih belum
yakin, Anda bisa melakukan pencegahan sederhana. Berikut caranya:
1. Ketika memilih produk mandi
untuk si kecil, cari yang khusus dibuat untuk bayi. Produk macam ini
biasanya mengandung pembersih dan agen busa yang lebih ringan dan lebih lembut
dibanding SLS, seperti SLES atau glukosida, yang berasal dari gula.
2. Bila menggunakan produk yang
mengandung SLS, Anda bisa meminimalisir iritasi dengan memastikan tidak
tertinggal di kulit bayi untuk waktu yang lama. Gunakan sabun di akhir
mandi dan bilas hingga bersih.
3. Hindari produk yang
mengandung SLS bila anak memiliki eczema atau kulit sensitif. Anda bisa
menggunakan emollient soap. Emollient soap dapat diresepkan oleh dokter atau
dibeli di apotek. Emollient soap tidak menghasilkan busa, tapi bagus untuk
membersihkan kulit bayi. Tapi satu jenis emollient, yakni aqueous cream,
mengandung SLS. Produk ini harus dihindari bila bayi memiliki eczema, karena
membuat eczema lebih parah, terutama bila tertinggal di kulit untuk waktu lama.
Bila Anda berusaha menghindari produk yang mengandung SLS, periksa
komposisi bahan pada label produk untuk beberapa nama lainnya, termasuk:
1.
Sodium dodecyl sulphate
2.
Lauryl sodium sulphate
3.
Sodium n-dodecyl sulphate
4.
Lauryl sulphate sodium salt
SLS sebenarnya deterjen surfaktan yang paling lembut. SLS dekat
hubungannya dengan SLES, yang lebih ringan dan sering ada pada sampo dan
pembersih untuk kulit yang sensitif. Tapi keduanya bisa menyebabkan iritasi.
Bahaya SLS kurang berpotensi ketika produk digunakan untuk waktu
singkat dan tidak berkelanjutan, diikuti dengan pembilasan dari permukaan kulit
yang menyeluruh. Ini berarti Anda gunakan produk pada kulit, rambut, atau gigi
lalu bilas dengan baik.
Deterjen manapun bisa bersifat keras pada kulit dan rambut karena
menghilangkan minyak alami dan bisa memperburuk dermatitis. Untuk alasan lain,
banyak keluarga memilih menggunakan produk bebas SLS pada kulit bayi.
Selain menyebabkan iritasi kulit, berikut ini beberapa alasan lain untuk tidak menggunakan produk yang mengandung SLS:
1.
SLS Mencemari air. SLS racun bagi ikan dan
binatang air serta memiliki potensi terakumulasi di tubuh ikan. SLS tidak
terdeteksi pada alat penyaring air sehingga masuk ke air keran yang Anda minum.
2.
Sebenarnya SLS adalah pestisida dan herbisida
yang biasa digunakan untuk membunuh tanaman dan serangga.
3.
SLS memancarkan uap racun ketika dipanaskan.
Sodium oksida dan sulfur oksida yang beracun terlepas ketika SLS dipanaskan.
Jadi mandi air panas dengan shampo mengandung SLS sangat tidak dianjurkan.
4.
SLS Memiliki bagian yang bersifat korosif,
termasuk korosi lemak dan protein pada kulit dan otot.
5.
Pada jangka panjang SLS bisa meresap ke jaringan
tubuh. SLS memiliki kemampuan untuk merembes ke mata, otak, hati, dan liver.
6.
SLS menyebabkan iritasi mata. SLS dapat
mengganggu pembentukan mata yang semestinya pada anak.
7.
Kontaminasi nitrat dan pelarut lain. Pelarut
yang beracun, termasuk nitrat karsinogenik digunakan pada pembuatan SLS, dan
tersisa pada produk.
8.
Proses pembuatan SLS sangat berpolusi,
menghasilkan kumpulan organik yang mudah menguap dan menyebabkan kanker dan
kumpulan sulfur.
9.
SLS membantu bahan kimia lain masuk ke tubuh.
SLS memiliki molekul yang sangat kecil dan bisa masuk ke membran sel tubuh.
Selanjutnya sel jadi lebih rentan pada bahan kimia beracun yang ada pada SLS.
Anak tumbuh dan berkembang dengan cepat dan tak ada penelitian lengkap
tentang efek beberapa bahan kimia pada perkembangan anak. Anak kecil lebih
rentan terhadap racun dan polusi dibanding orang dewasa. Bayi perlu waktu
berbulan-bulan untuk bisa kembali normal lagi saat mengalami masalah kulit.
Jadi orang tua perlu berhati-hati dalam penggunaan produk sabun, sampo, popok,
dan pelembab.
Dibanding berat badannya, anak makan lebih banyak, minum lebih banyak,
menghirup udara lebih banyak dibanding orang dewasa. Ini menyebabkan mereka
memiliki risiko tinggi terpapar bahan kimia dan polusi dari udara, makanan, dan
produk perawatan bayi yang digunakan pada kulit. Disinilah pentingnya peran orang
tua dalam memilih produk perawatan bayi yang baik. Membaca label produk tetap
penting untuk memastikan tidak ada bahan kimia yang bisa merusak kulit si buah
hati.
https://www.ibupedia.com/artikel/balita/bahaya-kandungan-pembuat-busa-di-shampo-dan-sabun-bayi
Bynaturael Product:
Juga tersedia di (scan QR Code):
This document is provided for reference purposes only and not necessarily reflect the opinion of bynaturael’s team . Train your mind to test every thought and keep on searching the final truth that satisfies the conscience inside you.
Please visit our blog: bynaturael.blogspot.com