Editor :
Lusia Kus Anna
KOMPAS.com - diet Atkins dan ketogenik saat ini menjadi diet yang
paling banyak dicari di Google. Sama-sama tinggi protein dan diklaim efektif
menurunkan berat badan, diet manakah yang lebih baik?
Diet Ketogenik
Diet ini pada dasarnya adalah pola makan dengan memperbanyak lemak,
asupan protein sedang, dan rendah karbohidrat. Hampir 75 persen dari asupan
kalori harian dipenuhi dari lemak, 5-10 persen dari karbohidrat, dan sisanya protein.
Dengan membatasi karbohidrat hanya 50 gram atau kurang, diet ini akan
memaksa tubuh membakar lemak untuk energi. Proses itu disebut dengan ketosis. Dalam
diet ini, kita harus terus menjalani pola makan dengan rasio rendah
karbohidrat, tinggi lemak, dan tinggi protein, sampai mencapai berat badan
ideal. Tidak dijelaskan bagaimana cara menjaga berat barat setelah target
tercapai.
Membatasi asupan karbohidrat bisa membuat kita kekurangan beberapa
jenis makanan bernutrisi, seperti kacang-kacangan, kentang, sayuran, dan
buah-buahan.
Menurut Edwina Clark, ahli gizi, penurunan berat badan yang cepat di
awal diet bisa meningkatkan motivasi. Tetapi, sebenarnya kadar lemak dalam
tubuh tidak berkurang.
"Karbohidrat disimpan dalam air, jadi saat kita mengurangi
karbohidrat tubuh akan kehilangan berat air. Selain itu karbohidrat adalah
sumber utama energi tubuh, sehingga jika kita membatasinya kita bisa merasa
lemah, gampang tersinggung, dan sulit konsentrasi," kata Clark.
Kelebihan dari diet ini, menurut Clark, adalah asupan lemak dan protein
yang tinggi membuat perut lebih lama kenyang. Proses ketosis juga menekan
produksi hormon lapar. Walau begitu, keberlangsungan diet ini dalam jangka
panjang dipertanyakan. Pembatasan salah satu jenis makanan bisa membuat tubuh
kekurangan nutrisi.
Daftar makanan yang dikonsumsi juga terbatas sehingga bisa menyebabkan
rasa bosan. "Pada akhirnya, saat tubuh sangat ingin karbohidrat, kita bisa
naik berat badan lebih banyak dari pada saat dimulainya diet," katanya.
Diet Atkins
Diet ini memiliki empat fase. Pada fase satu (induksi) disarankan
mengurangi total karbohidrat dan hanya makan sekitar 20 gram karbohidrat net
atau tanpa serat, perhari. Saat makan disarankan harus selalu ada protein dan
tambahan tiga porsi lemak. Fase ini berlangsung dua minggu.
Selama fase dua, asupan karbohidrat naik 50 gram dan beberapa sumber
makanan ditambahkan. Ini berarti kita juga bisa makan lebih banyak sayuran dan
buah, kacang-kacangan, serta biji-bijian. Fase dua ini dilakukan sampai target
berat badan yang ingin dicapai kurang 4,5 kilogram lagi.
Fase tiga dan empat adalah belajar mempertahankan berat badan setelah
tercapai. Pada fase tiga secara bertahap ditambah jenis makanannya, misalnya
sayuran berpati, serelia utuh, dan susu. Fase ini berakhir setelah target berat
badan tercapai dan dipertahankan selama empat minggu.
Fase terakhir adalah fase menjaga berat badan dan kita boleh
melanjutkan pola makan seperti di fase tiga.
Karena efek diuretik dari diet pembatasan karbohidrat, biasanya berat
badan pun akan lebih cepat turun. Tapi, penurunan yang drastis bisa membuat
kita merasa lelah, mood tidak stabil, dan lesu.
"Sebagian orang mungkin
tidak bisa menjalankan diet ini dalam jangka panjang. Selain itu tantangannya
kita juga perlu memastikan cukup asupan serat setiap hari," kata Clark. Asupan
lemak jenuh yang tinggi dalam diet ini juga bisa berpengaruh pada kesehatan
jangka panjang. Namun, menurut Clark diet ini lebih baik dari diet ketogenik.
"Diet Atkins mendorong pelakunya melakukan transisi pola makan
secara bertahap sehingga berat badan yang sudah tercapai bisa bertahan jangka
panjang," katanya.
http://health.kompas.com/read/2017/01/31/180000723/diet.atkins.dan.ketogenik.mana.yang.lebih.baik.
Bynaturael Products:
Liquid Castile Soap |
This document is provided for reference purposes only and not necessarily reflect the opinion of bynaturael’s team . Train your mind to test every thought and keep on searching the final truth that satisfies the conscience inside you. Please visit our blog: bynaturael.blogspot.com
No comments:
Post a Comment